LATAR BELAKANG KATARAK
Katarak merupakan penyebab kebutaan utama yang dapat diobati
di dunia pada saat ini. Sebagian besar katarak timbul pada usia tua sebagai
akibat pajanan terus menerus terhadap pengaruh lingkungan dan pengaruh lainnya seperti
merokok, radiasi ultraviolet, dan peningkatan kadar gula darah (Perdami, 2010).
Katarak yang terjadi akibat usia lanjut bertanggung jawab
atas 48 % kebutaan yang terjadi di dunia, yang mewakili 18 juta jiwa, menurut WHO
(World Health Organization). kelayakan bedah katarak di beberapa negara belum
memadai sehingga katarak tetap menjadi penyebab utama kebutaan. Bahkan di mana
ada layanan bedah yang tersedia, penglihatan rendah yang terkait dengan katarak
masih dapat dijumpai, sebagai hasil dari lamanya menunggu untuk operasi dan
hambatan untuk dioperasi, seperti biaya, kurangnya informasi dan masalah
transportasi. Di Amerika Serikat dilaporkan mencapai 42 % dari orang-orang
antara usia 52 sampai 64, 60 % dari orang-orang antara usia 65 dan 74, dan 91% dari
mereka antara usia 75 dan 85 (wikipedia, 2012).
Prevalensi Katarak merupakan salah satu penyebab terjadinya
kebutaan. 1,47 persen dari jumlah penduduk atau sebesar 3,5 juta, dan katarak
merupakan penyebab utama yang mencakup 60-70 persen dari total kebutaan.
Bahkan, menurut data WHO, penderita buta katarak bertambah 0,1 persen dari
jumlah penduduk. Dalam perhitungan waktu di Indonesia setiap 3,5 menitnya ada
satu orang menjadi buta. Pasien yang melakukan operasi katarak fakoemulsifikasi
di JEC (Jakarta Eye Center) sejak 2004 hingga tahun 2008 sebanyak 70 ribu
pasien. Semua dokter mata, yang berhimpun dalam Perhimpunan Dokter Spesialis
Mata Indonesia (PERDAMI), bertekad meningkatkan jumlah operasi. Setiap dokter
mata, yang kini mengoperasi dua pasien setiap minggu, akan meningkatkan jumlah
operasinya menjadi enam pasien seminggu. Ini akan mencapai angka 1.000 operasi
katarak per satu juta penduduk per tahun (Syakir, 2011).
Prevalensi nasional Katarak Pada Penduduk Umur > 30 Tahun
1,8 % berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan. Sebanyak 12 provinsi mempunyai prevalensi
Katarak Pada Penduduk Umur diatas 30 Tahun diatas prevalensi nasional, yaitu
Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan,
Bengkulu, DKI Jakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi
Utara, dan Papua (Riskesdas, 2007).
Nanggroe Aceh Darussalam menunjukkan angka persentase 3,7 %
penderita katarak berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dalam 12 bulan
terkahir dengan berdasarkan proporsi responden yang mengaku pernah didiagnosisi
katarak oleh tenaga kesehatan, angka tersebut memperlihatkan bahwa jumlah penderita katarak di Naggroe Aceh
Darussalam diatas angka nasional (Riskesdas, 2007).
Data yang penulis peroleh dari Medikal Records Rumah Sakit PMI
kabupaten Aceh Utara sejak juni 2010 sampai dengan Mei 2011 terdapat 151
(5,16%) pasien Katarak dari jumlah keseluruhan jumlah pasien yang dirawat
sebanyak 2.923 pasien, di bulan juni 2011 sampai dengan Mei 2012 terdapat 174
(5,63%) pasien Katarak dari jumlah keseluruhan 3.087 pasien yang dirawat di Rumah
Sakit Palang Merah Indonesia kabupaten Aceh Utara.
DAFTAR PUSTAKA
Perdami, (2010), katark bedah retraktif, http://www.perdami.or.id,
diakses tanggal 17 juli 2015.
Riskendas (2007). Laporan nasional. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Syakir. (2010). Mari kita kenali katarak. http://www.republika.co.id,
diakses tanggal 18 juli 205.
wikipedia (2012). Katarak, http://id.wikipedia.org/wiki/Katarak,
diakses tanggal 17 juli 2015.
Comments
Post a Comment