LP ASKEP KELUARGA DENGAN GASTRITIS TERBARU 2016

Konsep sehat-sakit adalah konsep yang kompleks dan multi interpretasi, banyak faktor yang mempengaruhi kondisi sehat maupun sakit. Setiap individu, keluarga, masyarakat maupun profesi kesehatan mengartikan sehat/sakit secara berbeda tergantung paradigmanya. Menurut WHO Keadaan keseimbangan fisik yang sempurna baik fisik, mental dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan merupakan definisi dari keadaan sehat. Sedangkan sekit menurut UU NO.23, 1992, sakit adalah jika seseorang menderita penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu (Nur Aisah, 2011).

Gastritis mempunyai hubungan yang erat dengan psikologis dan faktor sosial, faktor sosial ini diantaranya adalah keluarga. Dukungan keluarga memegang peranan penting karena keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal, keluarga merupakan orang terdekat dengan pasien yang mempunyai fungsi afektif, ekonomi, dan perawatan kesehatan, keluarga dipandang sebagai suatu sistem, pemberian kesempatan oleh keluarga bagi pasien gastritis untuk mengekspresikan kesedihan, masalah, dan stresor yang dialaminya (Handayani, 2013).

Gastritis merupakan penyakit yang menyerang daerah lambung. Penyakit ini sering menyerang pada orang yang terbiasa makan makanan yang terlalu asam, pedas atau bahkan sering telat makan. Gastritis bisa bertambah parah jika tidak segera disembuhkan. Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut atau lambung dan itis yang berarti inflamasi atau peradangan (Dewanto, 2012).

Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung (Jessika, 2012). Meski dirasa sepele, kenyataannya penyakit ini tetap saja menjadi momok bagi penderitanya. Tanpa pemeriksaan dan pengobatan yang tepat, sakit radang maag justru dapat berkembang menjadi kanker lambung. Sakit radang maag merupakan penyakit yang terjadi saat lambung mengalami perubahan fungsi maupun peradangan (Dewanto, 2012).

Pada saat ini penyebab kematian penduduk di dunia 52% diakibatkan oleh penyakit tidak menular, 9% akibat kecelakaan dan 39% akibat penyakit menular serta penyakit lainnya. Selain kematian, tentu jika terjangkit suatu jenis penyakit maka akan menurunkan produktivitas seseorang maupun keluarganya. Salah satunya kasus yang dapat mengakibatkan penurunan produktivitas  ialah gastritis, penurunan produktivitas yang disebabkan oleh gastritis dapat mengakibatkan masalah yang sangat berarti bagi penderita dan  keluarga penderita, misalnya penderita tidak dapat bekerja semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan individu dan keluarga (Pramudiarja, 2012).

Peran Promosi Kesehatan dalam pencegahan maupun Pengendalian Penyakit Tidak Menular cukup besar terutama dalam upaya memberdayakan masyarakat untuk ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang terkait dengan Faktor Risiko Bersama penyebab Penyakit Tidak Menular. Dari 10 indikator PHBS di Rumah Tangga, tiga diantaranya merupakan pencegahan faktor risiko bersama PTM yaitu Aktivitas fisik, Konsumsi sayur dan buah serta tidak merokok (Agung. S. 2013).

Badan penelitian kesehatan WHO mengadakan tinjauan terhadap 8 negara dunia dan mendapatkan beberapa hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia, dimulai dari Negara yang angka kejadian gastritisnya paling tinggi yaitu Amerika dengan persentase mencapai 47% kemudian diikuti oleh India dengan persentase 43%, lalu beberapa Negara lainnya seperti Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, Perancis 29,5%, dan Indonesia 40,8%. Hal ini dimungkinkan karena pola hidup yang bebas hingga berdampak pada kesehatan tubuh dan biasanya gastritis dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita (Nurlina, 2012).

Dari penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh depertemen kesehatan RI angka kejadian gastritis di beberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 59,6% yaitu di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,3%, Aceh 31,7% dan Pontianak 31,2%. Hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang kurang sehat (Nurlina, 2012).

Data dari Dinas Kesehatan Aceh tahun 2012 didapatkan jumlah penderita gastritis dengan pasien rawat jalan yaitu 5.385 (0,11) dari 4.726.001 jiwa penduduk Aceh, sedangkan data pasien gastritis yang pernah mendapakan perawatan di rumah sakit di seluruh Provinsi Aceh yaitu 1.560 (0,03%).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe pada tahun 2012 menurut urutan besar penyakit di puskesmas, gastritis menempati urutan ke-9 dengan jumlah penderita sebesar 9.702 (5, 39 %) orang  dari 179.807 jiwa, sedangkan tahun 2013 prevelansinya meningkat 9.845 (6,7%) orang dari 145.365 jiwa. Sedangkan data yang penulis dapatkan di Kecamatan Blang Mangat di dapatkan jumlah penderita gastritis 99 orang (0,68%) dari 14.547 kunjungan pasien ke puskesmas Blang Mangat pada tahun 2012 dan pada tahun 2013 sebanyak 211 orang (1,77% ) penderita gastritis dari 11.854 pengunjung ke Puskesmas Blang mangat.

Berdasarkan uraian singkat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gastritis merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masayarakat  Indonesia. Maka penulis tertarik untuk lebih mengenal, menangani dan memberi asuhan keperawatan langsung kepada keluarga dengan salah satu dari anggota keluarga menderita gastritis dalam karya tulis ilmiah berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Bpk. B Terutama Ibu. R Dengan Masalah Kesehatan Gastritis Di Gampong Baloy Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe”.

Comments

Popular posts from this blog

LATAR BELAKANG BATU GINJAL (UROLITIASIS)

LATAR BELAKANG INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

4 Tips Mengatasi Gatal Pada Area Selangkangan