Tugas Akhir Teman yang minta di publikasi: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KASUS BATU GINJAL SERTA CONTOH KASUS
Tugas Akhir Kuliah dulu tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Batu Ginjal, Semoga bisa menjadi contoh dalam menyusun Tugas Akhir nanti, Salam Perawat Selalu tersenyum
Jika berminat untuk mendapatkan Update dari Artikel-artikel Asuhan Keperawatan yang lengkap dengan sumber daftar pustakanya, silakan Tekan Control+D untuk bookmark blog sederhana ini, dan bisa juga berlangganan langsung dengan join Blog ini
Jika berminat untuk mendapatkan Update dari Artikel-artikel Asuhan Keperawatan yang lengkap dengan sumber daftar pustakanya, silakan Tekan Control+D untuk bookmark blog sederhana ini, dan bisa juga berlangganan langsung dengan join Blog ini
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penyakit batu ginjal merupakan
masalah kesehatan yang cukup serius, baik di Indonesia maupun di dunia. Batu
ginjal adalah suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih batu di ginjal
maupun di saluran kemih. Batu ginjal banyak diderita oleh laki-laki dengan
angka kejadian 3-4 kali lebih banyak dibanding pada wanita. Rentang umur
penderita penyakit ini adalah 30-60 tahun. Biasanya laki-laki akan mengalami
batu ginjal pada umur 40 tahun dan meningkat drastis saat usia 70 tahun,
sedangkan pada wanita pada usia 50 tahun (Hediyani, 2012).
Penyakit yang diakibatkan oleh
terbentuknya batu di dalam ginjal ini merupakan salah satu penyakit yang
banyak diderita di Indonesia. Usia penderitanya mulai dari anak-anak sampai
orang dewasa. Di Indonesia sendiri dicurigai adanya fenomena gunung es dimana
jumlah kasus yang tidak terdeteksi jauh lebih banyak daripada yang terdeteksi
akibat kurangnya pengetahuan masyarakat dan jangkauan pelayanan kesehatan
yang masih rendah (Arifin, 2010).
Batu Ginjal dan saluran Kemih
merupakan penyebab umum munculnya darah dalam urine yang disertai rasa sakit
pada perut bagian bawah yang tak tertahankan, seperti pinggul dan pangkal
paha. Penyakit ini diidap oleh 1 dari 20 orang, atau 5 % dari penduduk dunia.
Rasa sakit pada gangguan batu ginjal munculnya mendadak, sangat parah dengan
rasa nyeri yang hilang timbul. Rasa nyeri ini tidak berubah pada saat
perubahan posisi, serta nyeri tersebut memancar dari belakang, ke samping,
dan masuk ke selangkangan, bahkan sering disertai rasa mual dan muntah (kabarinews,
2010).
Berdasarkan hasil penelitian yang
didapat dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri), sebanyak 10%
masyarakat di negara maju memiliki risiko untuk menderita batu ginjal dan 50%
pada mereka yang pernah menderita, batu ginjal akan timbul kembali di
kemudian hari. Gejala awalnya berupa nyeri di bagian perut bagian belakang,
pendarahan pada urin, mual atau muntah, kehilangan nafsu makan, hingga
pembengkakan di perut. Batu ginjal cenderung terjadi pada pria. Namun wanita
pun memiliki kemungkinan mengalami gangguan ginjal, yaitu infeksi saluran
kemih yang diawali dengan gejala meningkatnya hasrat untuk buang air kecil
hingga pendarahan pada urin (Gustia, M.P
2012).
Angka kejadian batu ginjal di
Indonesia adalah 37.636 kasus baru dengan jumlah kunjungan 58.959 orang.
Sedangkan jumlah pasien yang dirawat 19.018 orang, dengan jumlah kematian 378
orang. Batu ginjal dapat terus menetap dan perlahan-lahan membesar di dalam
ginjal sehingga menyebabkan kerusakan permanen pada ginjal (Hediyani, 2012).
Menurut data dari Medical Record
Rumah Sakit Umum Daerah Cut Mutia dimulai dari bulan Januari sampai dengan
Desember 2010 terdapat 93(0,91% ) klien dengan Urolitiasis dari seluruh
pasien yang dirawat di Rumah sakit Umum daerah Cut meutia yaitu 10.127,
sedangkan dari bulan bulan Januari sampai dengan Desember 2011 terdapat 206(1,51%)
klien Urolitiasis dari 13.561 klien yang di rawat di Rumah Sakit Umum Daerah
Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
Berdasarkan uraian yang telah
dipaparkan diatas bahwa Uroitiasis menjadi salah satu masalah kesehatan dalam
masyarakat, banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang pencegahan,
penanggulangan dan metode pengobatannya, dan juga terlihat ada peningkatan penderita
Urolitiasis antara tahun 2010 sampai dengan 2012. Maka penulis tertarik untuk
menyusun karya tulis ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada
Klien Tn. M dengan Urolitiasis Di Ruang Perawatan Bedah Pria Rumah Sakit
Umum Daerah Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara ”
B.
Tujuan
Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk
mendapatkan gambaran yang nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan Pada
Klien Tn. M dengan Urolitiasis melalui
pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a.
Dapat melakukan
pengkajian secara komperahensif Pada Klien Tn. M
dengan Urolitiasis.
b.
Dapat menentukan dan
mengidentifikasi masalah serta menentukan diagnosa keperawatan baik aktual,
resiko, potensial, sejahtera dan sindrom yang akan muncul Pada
Klien Tn. M dengan Urolitiasis.
c.
Dapat merumuskan
perencanaan asuhan keperawatan Pada Klien Tn. M
dengan Urolitiasis.
d.
Dapat melaksanakan
tindakan keperawatan sesuai dengan rencana asuahan keperawatan yang telah
direncanakan Pada Klien Tn. M dengan Urolitiasis.
e.
Dapat melakukan
evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang telah dilakukan Pada
Klien Tn. M dengan Urolitiasis.
C.
Metode
penulisan
Dalam penyusunan karya tulis ini,
penulis menggunakan metode deskriptif yaitu menguraikan data secara nyata dan
objektif dengan cara mengumpulkan data, menganalisa data, mendiagnosa
masalah, memecahkan masalah dan mengevaluasi masalah yang telah diatasi.
metode ini dilakukan penulis meliputi:
Study
kepustakaan ini dilakukan dengan cara mempelajari dan memahami
literatur-literatur yang bersifat teoritis berdasarkan pendapat ahli yang ada
kaitannya dengan judul yang penulis bahas
2.
Study kasus
(Field research)
Dalam
kasus ini penulis langsung mengamati, mempelajari, dan melaksanakan asuhan
keperawatan terhadap Klien Tn. M dengan Urolitiasis
diruang Perawatan Bedah Pria Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Aceh Utara,
dengan cara :
a. Wawancara
Mengadakan
wawancara baik secara auto anamneses maupun allowanamnese pada
klien, keluarga, perawat ruangan dan tenaga medis lainnya yang ikut
berpartisipasi dalam proses perawatan pada klien.
b. Pengamatan
Pengamatan
terhadap pelaksanaan keperawatan Pada Klien Tn. M
dengan Urolitiasis selama
dirawat.
c. Pemeriksaan fisik dan penunjang
Pada
tahap pengkajian dilakukan pemeriksaan fisik yang mengacu pada format
pengkajian sesuai standart akademik, sedangkan untuk mendapatkan data
pemeriksaan penunjang berupa hasil pemeriksaan laboratorium dan foto
rontgen, penulis menggunakan catatan yang ada dalam status klien.
d. Dokumentasi
Pendokumentasian
setiap tahap dari proses keperawatan yang dilakukan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan menggunakan format sesuai standart akademik dalam karya tulis
ini.
D.
Sitematika
penulisan
Karya tulis ini penulis susun
secara sistematis dalam 5 bab sebagai berikut :
Bab I : pendahuluan, bab ini
terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
Bab
II : tinjauan teoristis, bab ini menjelaskan tentang kosep dasar, meliputi Pengertian,
Etiologi, Patofisiologis, Gejala klinis, pemeriksaan penunjang, Penatalaksanaan,
Komplikasi, serta asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan asuhan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi.
Bab
III : tinjauan kasus, bab ini menjelaskan tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan Pada Klien Tn. M dengan Urolitiasis
diruang perawatan Bedah Pria Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Aceh Utara.
Bab
IV : pembahasan, berisi penjelasan tentang kesenjangan antara teori dan
fakta.
Bab
V : penutup, merumuskan kesimpulan dan saran-saran yang dianggap relavan
dalam rangka pemecahan masalah.
Pada
akhir karya tulis ini penulis mencantumkan juga daftar pustaka, biodata dan
surat izin pengambilan kasus.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Konsep Dasar Urolitiasis
1.
Pengertian
Batu
ginjal (urolitiasis) adalah bentuk deposit mineral, paling umum kalsium
oksalat dan kalsium fosfat, namun asam urat dan kristal lain
juga pembentuk batu. Meskipun kalkulus ginjal dapat terbentuk dimana saja
dari saluran perkemihan, batu ini paling umum ditemukan pada palvis dan kalik
ginjal. Batu ginjal dapat tetap asimtomatik sampai keluar kedalam ureter
dan/atau aliran urine terhambat (Doengoes, 2000. Hal 686).
2.
Etiologi
Penyebab
batu ginjal idiopatik. Akan tetapi, ada faktor yang merupakan predisposisi
dan yang utama adalah ISK. Infeksi ini akan meningkatkan terbentuknya zat
organik. Zat ini dikelilingi mineral yang mengendap. Pengendapan mineral ini
(karena infeksi) akan meningkatkan alkalinitas urine dan mengakibatkan
pengendapan kalsium fosfat dam magnesium amonium fosfat. Statis urin juga
dapat menyebabkan pengendapan zat organik dan mineral. Faktor lain yang
dikaitkan dengan pembentukan batu adalah konsumsi antasida dalam jangka
panjang, terlalu banyak vitamin D, dan kalsium karbonat (Mary, 2008. Hal 60).
3.
Patofisiologi
Pembentukan
batu saluran kemih memerlukan keadaan supersaturasi dalam pembentukan batu.
Inhibitor dalam pembentukan batu dijumpai dalam air kemih normal. Batu kasium
oksalat dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein. Berapa promotor (reaktan)
dapat memacu pembentukan batu seperti asam urat, memacu batu kalsium oksalat.
Aksi reaktan dan inhibitor belum dikenali sepenuhnya. Ada dugaan proses
dikenali sepenuhnya. Ada dugaan proses ini berperan pada pembentukan awal
atau nukleasi kristal, progresi kristal atau agregatasi kristal. Misal
penambahan sitrat dalam kompleks kalsium dapat mencegah agregatasi kristal
kalsium oksalat dan mungkin dapat mengurangi risiko agregatasi kristal dalam
saluran kemih (Soparman, 2000, hal 378)
4.
Gejala Klinis
Gejala
utama batu ginjal yang akut adalah kolik ginjal atau nyeri kolik. Lokasi
nyeri bergantung pada lokasi batu. Apabila batu ada di dalam pelvis ginjal,
penyebab nyerinya adalah hidronefrosis dan nyeri ini tidak tajam, tetap, dan
dirasakan di area sudut kostovertebra. Apabila batu turun ke ureter, pasien
akan mengalami nyeri yang hebat, kolik, dan rasa seperti ditikam. Nyeri ini
bersifat interminten dan disebabkan oleh spasme (kejang) urter dan anoksia
dinding ureter yang ditekan batu. Nyeri ini menyebar ke area suprapubik,
genitelia eksterna, dan paha. Nyeri dapat disertai dengan mual dan muntah (Mary,
2008. Hal 60).
5.
Pemeriksaan
penunjang
Uji
diagnostik :Yang termasuk dalam pemeriksaan diagnostik adalah sinar X KUB,
pielografi intravena atau retrograd, ultrasonografi, pemibdaian CT, dan
sistoskopi. Urinalisis dan kalsium serum dan kadar asam urat serum juga
diperiksa. Untuk mengetahui asiditas dan alkalinitas urine, pH urine dipantau
dengan dipstick setiap pasien berkemih. Pengumpulan spesimen urine 24 jam
untuk mengetahui kadar kalsium, oksalat, fosfor, dan asam urat dalam urine (Mary,
2008. Hal 61).
6.
Penatalaksanaan
a.
Peningkatan asupan
cairan meiningkatkan aliran urine dan membantu mendorong batu. Asupan cairan
dalam jumlah besar pada orang-orang yang rentan mengalami batu ginjal dapat
mencegah pembentukan batu.
b.
Modifikasi makana
dapat mengurangi kadar bahan pembentuk batu, bila kandungan batu
teridentifikasi.
c.
Mengubah pH urine
sedemikian untuk meningkatkan pemecahan batu.
d.
Litotripsi (terapi
gelombang kejut) ekstrakorporeal (di luar tubuh) atau terapi laser dapat
digunakan untuk memecahkan batu besar atau untuk menempatkan selang disekitar
batu untuk mengatasi obstruksi (Corwin, 2009. Hal 716).
7.
Komplikasi
a.
Obstruksi urine dapat
terjadi di sebelah hulu dari batu dibagian mana saja di saluran kemih.
Obstruksi diatas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter
membengkak oleh urine. Hidoureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada
atau atas tempat ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan hidronefrosis
yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus pengumpul. Hidronefrosis
dapat menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine sehingga terjadi
ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
b.
Obstruksi menyebabkan
peningkatan tekanan hidrostatistik intersium dan dapat menyebabkan penurunan
GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan
kapiler sehingga terjadi iskemia nefron karena suplai darah terganggu.
Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua ginjal terserang.
c.
Setiap kali terjadi
obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi bakteri meningkat.
d.
Dapat terbentuk
kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang (Corwin, 2009. Hal 716).
B.
Asuhan
Keperawatan.
Asuhan
keperawatan pada klien dengan Urolitiasis dilaksanakan melalui pendekatan
proses perawatan terdiri dari : pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan,
dan evaluasi (Doengoes, 2000. Hal 686-694).
1.
Pengkajian
Dasar
data pengkajian pasien
a.
Aktivitas/istirahat
Gejala
: pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan
bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/mobilisasi sehubungan dengan kondisi
sebelumnya.
b.
Sirkulasi
Tanda
: peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal). Kulit hangat dan
kemerahan ; pucat.
c.
Eliminasi
Gejala
: riwayat adanya/ISK kronis ; obstruksi sebelumnya (kalkulus). Penurunan
haluaran urine, kandung kemih penuh. Rasa terbakar, dorongan berkemih. Diare,
Tanda
: oliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih.
d.
Makanan/cairan
Gejala
: mual/muntah, nyeri tekan abdomen. Diet tinggi purin, kalsium oksalat,
dan /atau fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan
cukup.
Tanda
: distensi abdominal ; penurunan/tak adanya bising usus. Muntah.
e.
Nyeri/kenyamanan
Gejala
: episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi
batu. Contoh pada panggul di region sudut kostovertebral ; dapat menyebar ke
punggung, abdomen, dan turun kelipat paha/genetalia. Nyeri dangkal kostan
menunjukkan ada pelvis atau kalkulus ginjal.
Nyeri
dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau
tindakan lain.
Tanda
: melindungi ;perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area pada palpasi.
f.
Keamanan
Gejala
: penggunaan alcohol, demam, menggigil.
g.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala
: riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK
kronis riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme. Penggunaan antibiotic, antihipertensi, natrium
bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau
vitamin.
Pertimbangan
Rencana Pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 3,4 hari.
h.
Pemeriksaan diagnostik
Urinalisa
: warna kuning, coklat gelap, berdarah secara umum menunjukkan SDM, SDP,
Kristal,
Urine
: (24 jam) kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin
mungkin meningkat.
Hitung
darah lengkap : SDP mungkin meningkat menunjukan infeksi/septicemia.
2.
Diagnosa
Keperawatan
a.
Nyeri berhubungan
dengan peningkatan kontraksi ureteral, trauma jaringan, pembentukan edema,
ischemia seluler ditandai dengan keluhan nyeri kolik, prilaku melindungi,
gelisah, merintih, fokus pada diri sendiri, nyeri wajah, tegangan otot,
respon otonomik.
b.
Perubahan eliminasi
urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal
atau ureteral, obstruksi mekanik, inflamasi ditandai dengan urgensi dan
frekuensi: Liguria (retensi) dan hematuria.
c.
Resiko tinggi terhadap
kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual/muntah
d.
Kurang pengetahuan
tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan belajar berhubungan dengan kurang
terpajan/ kurang mengingat, salah intepretasi/informasi. Tidak mengenal sumber
informasi ditandai dengan pertanyaan, meminta informasi, peryataan salah
konsepsi.
3.
Perencanaan
a.
Nyeri berhubungan
dengan peningkatan kontraksi ureteral, trauma jaringan, pembentukan edema,
ischemia seluler ditandai dengan keluhan nyeri kolik, prilaku melindungi,
gelisah, merintih, fokus pada diri sendiri, nyeri wajah, tegangan otot,
respon otonomik. Tujuan : nyeri hilang, keseimbangan cairan dipertahankan. Kriteria
hasil : nyeri hilang, tampak rileks, mampu istirahat dengan tepat.
Intervensi/rasional
Intervensi:
Catat lokasi, lamanya intensitas dan penyebaran. Rasional: membantu
mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus.
Intervensi:
Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap perubahan
kejadian/karakteristik nyeri. Rasional: memberikan kesempatan untuk pemberian
analgesic sesuai waktu dan mewaspadakan staf akan kemungkinan lewatnya
batu/terjadi komplikasi.
Intervensi:
berukan kenyamanan, contoh pijatan punggung, lingkungan istirahat. Rasional :
meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot, dan meningktkan koping.
Intervensi:
Bantu atau dorong penggunaan napas berfokus, bimbingan imajinasi, dan
aktivitas terapetik. Rasional : mengarahkan kembali perhatian dan membantu
dalam relaksasi otot.
Intervensi:
Berikan obat sesuai indikasi :
narkotik, contoh meperidin (Demerol), morfin. Rasional : biasanya diberikan
selama akut untuk menurunkan kolik uretral dan meningkatkan relaksasi
otot/mental.
Intervensi:
Berika kompres hangat pada punggung.
Rasional : menghilangkan tegangan otot dan dapat menurunan reflex spasme.
b.
Perubahan eliminasi
urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal
atau ureteral, obstruksi mekanik, inflamasi ditandai dengan urgensi dan
frekuensi: Liguria (retensi) dan hematuria. Tujuan : mampu berkemih dengan
normal. Kriteria hasil : tidak mengalami tanda obstruksi.
Intervensi/rasional
Intervensi:
Awasi pemasukan dan pengeluaran dan
karakteristik urine. Rasional : memberikan informasi tentang fungsi ginjal
dan adanya komplikasi, contoh infeksi dan perdarahan.
Intervensi:
Tentukan pola berkemih norml pasien
dan perhatikan variasi. Rasional : kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas
saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera.
Intervensi:
Dorong meningkatkan pemasukan cairan.
Rasional : peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah, dan debris dan dapat
membantu lewatnya batu.
Intervensi:
Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh
elektrolit, BUN, kretainin. Rasional : peniggian BUN, kreatinin dan
elektrolit mengindikasikan disfungsi ginjal.
Intervensi:
Ambil urine untuk culture dan
sensifitas. Rasional : menetukan adanya ISK, yang penyebab komplikasi.
c.
Resiko tinggi
terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual/muntah. Tujuan :
mempertahankan keseimbangan cairan adekuat. Kriteria hasil : membrane mukosa
lembab, turgor kulit baik, berat badan normal.
Intervensi/rasional
:
Intervensi:
Awasi pemasukan dan pengeluaran.
Rasional : membandingkan keluaran actual dan yang diantisipasi membantu dalam
ealuasi adanya/derajat stasis/kerusakan ginjal.
Intervensi:
Catat insiden muntah, diare,
perhatikan karakteristik muntah dan diare. Rasional : mual/muntah dan diare
secra umum berhubungan dengan kolik ginjal.
Intervensi:
Tindakan pemasukan cairan sampai 3-4 L/hari dalam toleransi jantung. Rasional
: mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostasis juga tindakan
“mencuci”yang dapat membilas batu keluar.
Intervensi:
Awasi tanda vital. Rasional : indicator hidrasi/volume sirkulasi dan
kebutuhan intervensi.
d.
Kurang pengetahuan
tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan belajar berhubungan dengan kurang
terpajan/ kurang mengingat, salah intepretasi/informasi. Tidak mengenal
sumber informasi ditandai dengan pertanyaan, meminta informasi, peryataan
salah konsepsi. Tidak mengenal masalah/sumber masalah. Tujuan : menyatakan
pemahaman proses penyakit, menghubungkan gejala dengan factor penyebab.
Kriteria hasil : melakukan perubahan perilku yang perlu dan berpartisipasi
dalam program pengobatan.
Intervensi/Rasional
Intervensi:Kaji
ulang proses penyakit dan harapan di masa dating. Rasional : memberikan
pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
Intervensi:
Tekankan pentingnya peningkatan
cairan, rasional : pembilasan system ginjal menurunkan kesempatan statis
ginjal dan pembentukan batu.
Intervensi:
Diet rendah purin, contoh membatasi
daging berlemak, kalkun, tumbuhan polog, gandum, alkohol. Rasional :
menurunkan pemasukan oral terhadap prekusor asam urat.
Intervensi:
Diet rendah kalsium, contoh membatasi
susu, keju, sayur berdaun hijau, yogurt. Rasional : menurunkan risiko
pembentukan batu kalsium.
Intervensi:
Diet rendah oksalat. Rasional :
menurnukan pembentukan batu kalsium.
Intervensi:
Diet rendah kalsium. Rasional :
mencegah kalkulus fosfat dengan membentuk presipitasi yang tak larut dalam
traktus GI.
4.
Implementasi
Menurut Carpenito (2009, hal 57) komponen
implementasi dalam proses keperawatan mencakup penerapan ketrampilan yang
diperlukan untuk mengimplentasikan intervensi keperawatan. Ketrampilan dan
pengetahuan yang diperlukan untuk implementasi biasanya berfokus pada:
a.
Melakukan aktivitas
untuk klien atau membantu klien.
b.
Melakukan pengkajian
keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru atau memantau status masalah
yang telah ada
c.
Member pendidikan
kesehatan untuk membantu klien mendapatkan pengetahuan yang baru tentang
kesehatannya atau penatalaksanaan gangguan.
d.
Membantu klien
membuat keptusan tentang layanan kesehatannya sendiri
e.
Berkonsultasi dan
membuat rujukan pada profesi kesehatan lainnya untuk mendapatkan pengarahan
yang tepat.
f.
Memberi tindakan yang
spesifik untuk menghilangkan, mengurangi, atau menyelesaikan masalah
kesehatan.
g.
Membantu klien
melakukan aktivitasnya sendiri
h.
Membantu klien
mengidentifikasi risiko atau masalah dan menggali pilihan yang tersedia.
5. Evaluasi
Menurut Hidayat
(2008 Hal 124) Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan
dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat harusnya
memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respons terhadap intervensi
keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai
serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada tinjauan kasus
ini, penulis melakukan pengkajian kasus yaitu kasus pada klien Urolitiasis
yang dirawat di Ruang Bedah Pria Rumah Sakit Umum daerah Cut Mutia Aceh
Utara. Dalam tinjauan kasus ini, penulis akan menguraikan tentang Asuhan
Keperawatan yang dilakukan terhadap klien Urolitiasis selama tiga hari mulai
dari tanggal 28 Juni sampai dengan tanggal 30 Juni 2012 melalui pendekatan
proses keperawatan.
A.
Pengkajian
1.
Identitas
Klien
Nama
Tn. M, umur : 72 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama islam, suku/bangsa
Aceh, pendidikan SMA, pekerjaan petani, alamat ds bade bila kecamatan nisam
antara, tanggal masuk 27 Juni 2012 No. CM 03 83 03. Ruag Bedah Pria, dengan
diagnosa medis Urolitiasis.
2.
Data Riwayat
masuk
Keluhan
masuk : klien mengeluh nyeri di
bagian belakang pinggang dengan skala nyeri (6).
Riwayat
Keluhan : klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri bagian belakang
pinggang, nyeri yang dirasakan klien berupa nyeri akut yaitu kadang hilang
kadang juga timbul, klien juga mengatakan nyerinya menyebar ke paha, klien
sudah mengalami penyakit seperti ini sekitar 6 bulan yang lalu, namun klien
tidak memeriksakan dirinya ke rumah sakit karena hanya menganggap nyeri biasa
yang timbul sesekali. Seminggu yang lalu nyeri klien lebih sering timbul lalu
kemudian klien datang untuk berobat jalan ke rumah sakit umum cut meutia dan klien
dianjurkan untuk dirawat.
3.
Riwayat
keperawatan
a.
Riwayat kesehatan
sekarang
1)
Keluhan utama : Nyeri
akut di bagian belakang pinggang.
2)
Kronologis keluhan :
sudah mengalami hal tersebut selama 6 bulan yang lalu.
b)
Timbulnya keluhan :
bertahap
c)
Lamanya ; bisa
mencapai durasi sampai 30 menit.
d)
Skala nyeri 6 (nyeri sedang)
e)
Upaya mengatasi
dengan cara duduk bila sedang bekerja.
3)
Riwayat kesehatan
masa lalu.
a)
Riwayat alergi obat
seperti alergi pada obat, makanan, binatang dan lain lain tidak ada.
b)
Riwayat kecelakaan
tidak ada.
c)
Riwayat dirawat
dirumah sakit ; klien mengatakan belum pernah dirawat dirumah sakit hanya
saja berobat jalan di puskesmas tempat tinggal klien.
d)
Riwayat pemakaian
obat : klien tidak ada ketergantungan kepada obat obatan.
4)
Riwayat kesehatan
keluarga.
Klien
mengatakan tidak pernah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti
klien.
5)
penyakit yang pernah
diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor resiko tidak ada anggota
keluarga yang menderita penyakit yang dapat mencetus terjadinya penyakit yang
diderita klien saat ini.
6)
Riwayat psikososial
dan spiritual.
a)
Orang terdekat dengan
klien adalah istri klien dan anak anaknya.
b)
Interaksi dalam
keluarga, dengan pola komunikasi yang baik dan terbuka, pembuat keputusan
dengan cara musyawarah antara anggota keluarga, klien juga mengikuti seluruh
kegiatan kemasyarakatan seperti gotong royong dan keikut sertaan klien dalam
pembangunan gampoeng.
c)
Dampak penyakit klien
terhadap keluarga terganggu akan masalah ekonomi keluarga.
d)
Masalah yang
mempengaruhi klien usia klien yang sudah lanjut usia.
e)
Mekanisme koping
terhadap stress dengan cara pemecahan masalah melalui proses mengumpulkan
seluruh anggota keluarga dan bermusyawarah.
f)
Persepsi klien
terhadap penyakitnya, hal yang
sangat dipikirkan saat ini adalah kapan penyakitnya ini sembuh, harapan
setelah perawatan adalah dapat pulang kerumah dan melanjutkan aktivitas
seperti biasanya, perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit adalah klien
tidak dapat berkerja seperti biasanya.
g)
Sistem nilai
kepecayaan klien tidak ada yang bertentangan dengan penyakitnya biarpun klien
dirawat dirumah sakit namun klien masih tetap melakukan ibadah solat 5 waktu.
h)
Klien beragama islam
dan selalu bersembahyang dan berdoa agar mendapatkan ridha dari allah atas
masalah kesehatan yang menimpanya.
i)
Kondisi lingkungan
rumah, klien tinggal di lingkungan dengan mayoritas penduduknya berpekerjaan
petani.
7)
Pola kebiasaan
a)
Pola nutrisi
Pola
nutrisi sebelum sakit klien makan dengan frekuensi 2-3 kali/hari dengan nafsu makan baik, tidak
ada makanan yang tidak disukai, tidak ada makanan yang menyebabkan klien
alergi, makanan yang dapat menigkatkan nyeri pada klien jika makan makanan
seperti daging berlemak dan susu, penggunaan obat obatan sebelum makan tidak
ada, penggunaan alat bantu makan tidak ada.
Pola nutrisi
klien dirumah sakit, frekuensi 3 kali/hari, nafsu makan baik, porsi makan yang
dihabiskan 1 porsi, waktunya teratur karena dirumah sakit klien juga
mendapatkan pelayanan dari ahli gizi, tidak ada makanan yang menyebabkan
klien alergi, makanan diet M II, makan dengan dibantu oleh keluarga.
b)
Pola eliminasi
Sebelum
sakit BAK Klien dengan frekuensi 6-8 kali/24jam, dengan warna kuning keruh.
Dirumah
sakit BAK klien selama dirumah
sakit 800cc/24 jam dengan warna kuning kemerahan dan keruh, nyeri ketika
BAK, retensi urine dan cateter (+) ukuran 20. Klien mengatakan sering merasa
ingin BAK dan ketika BAK klien merasa nyeri.
Pola
BAB sebelum masuk rumah sakit baik dengan frekuensi 1-2 kali/hari, tidak ada
konstipasi.
Setelah sakit
Pola BAB dengan frekuensi 1 kali/sehari, waktunya tidak tentu, warna
kecoklatan, terjadi
tidak disertai dengan distensi abdomen.
c)
Pola personal hygiene
Sebelum
masuk rumah sakit klien mandi dengan frekuensi 2 kali/hari, pagi dan sore
hari,
Dirumah
sakit klien hanya di seka oleh keluarga 2 kali sehari pada pagi dan sore
hari.
Oral
hygiene sebelum sakit 2 kali sehari setiap setelah mandi pada pagi dan sore.
Oral
hygiene setelah sakit 2 kali sehari setiap setelah diseka pada pagi dan sore.
Cuci
rambut sebelum sakit selalu mencuci rambut ketika mandi pada pagi dan sore
hari.
Setelah
sakit tidak pernah mencuci rambut setelah klien masuk rumah sakit.
d)
Pola istirahat
Sebelum
sakit klien tidur siang pada jam 14-15 wib, dan tidur malam pada jam 22-06
wib, dengan kebiasaan sebelum tidur berdoa.
Sebelum
sakit klien tidur siang pada jam 14-15 wib, dan tidur malam pada jam 22-06
wib, dengan kebiasaan sebelum tidur berdoa.
e)
Pola aktivitas dan
latihan
Sebelum
sakit bekerja dari jam 08 pagi sampai dengan 13 siang, tidak berolah raga,
tidak ada keluhan ketika bekerja.
f)
Kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan klien adalah klien perokok namun klien tidak meminum
alcohol dan penggunaan NAPZA.
4.
Pengkajian
fisik
a.
Pemeriksaan fisik
umum
Berat
badan sebelum dan setelah sakit 54 kg, tinggi
badan 163cm. tekanan
darah 130/90 mmHg, nadi 80 x/menit, frekuensi napas 24 kali/menit, suhu tubuh
37oC, Keadaan umum sedang, Pembesaran kelenjar getah bening tidak
ada.
b.
Sistem penglihatan
Sisi
mata simetris, Kelopak mata normal, Pergerakan bola mata normal. Konjungtiva berwarna
kekuning kuningan, Kornea jernih pada mata kanan dan mata kiri, Sclera
ikterik, Pupil isokor, Otot mata tidak ada kelainan, Fungsi penglihatan
baik, Pemakaian lensa kontak tidak, Reaksi terhadap cahaya baik.
c.
Sistem pendengaran
Daun
telinga kanan dan kiri normal, Karakteristik serumen warna kuning kecoklatan
dengan bau khas, Kondisi telinga tengah normal, Cairan dari telinga tidak ada,
Perasaan penuh di telinga tidak, Tinnitus tidak, Fungsi pendengaran normal, Gangguan
keseimbangan tidak, Pemakaian alat bantu tidak
d.
Sistem wicara normal
e.
Sistem pernapasan
Jalan
napas bersih, Pernapasan tidak sesak, Menggunakan otot bantu pernapasan tidak,
Frekuensi 24 x/menit. Jenis pernapasan spontan. Kedalaman pernapasan dalam, Batuk
tidak, Sputum tidak, Palpasi dada tidak ada tumor, Suara napas vesicular, Tidak
ada nyeri saat bernapas, Penggunaan alat bantu napas tidak
f.
Sisitem
kardiovaskuler
1)
Sirkulasi perifer
Nadi
80x/menit dengan irama teratur, denyut kuat, Tekanan darah 130/90
mmHg, Distensi vena jugularis kiri dan
kanan tidak ada, Temperature kulit hangat, Warna kulit normal, Edema tidak
ada
2)
Sirkulasi jantung
Kecepatan
denyut apical 80x/menit, Irama teratur, Tidak ada kelainan bunyi jantung, Sakit
dada tidak.
g.
Sistem hematologi
Pucat
tidak, Perdarahan tidak
h.
Sistem saraf pusat
Keluhan
sakit kepala tidak, Tingkat kesadaran compos mentis, Glaslow coma scale E: 4,
M :6. V: 5, Tanda tanda peningkatan TIK tidak ada, Gangguan sistem
persyarafan tidak ada
i.
Sistem pencernaan
Gigi
utuh tidak ada caries, Penggunaan gigi palsu tidak, Stomatis tidak, Lidah
kotor tidak, Saliva normal, Muntah tidak, Bising usus 5x/menit, Diare tidak, Konstipasi
tidak, Hepar teraba, Abdomen lembek
j.
Sistem endokrin
Pembesaran
kelenjar tiroid tidak ada, Napas berbau khas, Luka gangrene tidak.
k.
Sistem urogenital
Balance
cairan, intake 1000-1200ml/24jam, out put tidak terdeteksi, BAK warna kuning kemerahan
dan keruh, adanya retensi urine, dengan keluhan nyeri pinggang, skala nyeri
6.
l.
Sistem integument
Turgor
kulit baik, Temperature kulit hangat, Warna kulit normal, Keadaan kulit baik,
Kelainan kulit tidak, Kondisi kulit daerah pemasangan infus lembab, Keadaan
rambut baik, kebersihan rambut bersih
m.
Sistem
musculoskeletal
Kesulitan
dalam pergerakan tidak, Sakit pada tulang dan sendi tidak Fraktur tidak, Keadaan
tonus otot baik.
5.
Data tambahan
(pemahaman tentang penyakit)
klien
mengatakan masih kurang mengerti terhadap penyakit yang dialaminya, tidak tahu
tentang perkembangan penyakit nya dan prosedur pengoabatannya, dan klien
tampak cemas saat menyatakan perasaannya. klien berharap perawat dan doker yang merawat klien dapat
memberitahukan penjelasan tentang penyakit klien dan prosedur pengobatan yang
diberikan kepadanya.
6.
Pemeriksaan
laboratorium
Analisa
darah : HB : 11,6. LED : 24, Eritrosit : 4,9, lekosit : 10,1,
hematrokit : 37,1, MCV : 76, MCH : 23,9, MCHC : 31,3, RDW : 15,4, trombosit :
194, glukosa : 94, gol darah : B
Analisa
urine : berat jenis 1,020, PH, protein 25 mg (+), blod dan HB 25/ml (+),
leukosit 25 (+), eritrosit 10-25, leukosit 5-10, epitel 10-15.
7.
Penatalaksanaan
Infus NaCL 07%
10 tt/m, drip Ciprofloxcacin 500ml/12 jam, injeksi ketorolak 3% 1amp/8 jam,
injeksi ondasetron 1 amp/12 jam, cateter urin, diet M II.
8.
Data fokus
Data subjektif
: klien mengeluh nyeri di bagian belakang pinggang, klien
juga mengatakan nyerinya menyebar ke paha. Klien mengatakan sering merasa
ingin BAK dan ketika BAK klien merasa nyeri. klien
mengatakan masih kurang mengerti terhadap penyakit yang dialaminya dan
proesedur pengobatannya.
Data
objektif :skala nyeri 6 (nyeri sedang) lokasi nyeri pada bagian belakang pinggang dan menjalar kebagian paha,
durasi paling lama 30 menit. out put
800cc/24jam, BAK
warna kuning kemerahan dan keruh, retensi urine
dan cateter (+) ukuran 20. klien tampak cemas saat menyatakan perasaannya,
klien berharap perawat dan doker yang merawat klien dapat memberitahukan
penjelasan tentang penyakit klien dan prosedur pengobatan yang diberikan
kepadanya.
Data
subjektif : klien mengeluh nyeri di bagian
belakang pinggang, klien juga mengatakan nyerinya menyebar ke paha Data
objektif : skala
nyeri 6 (nyeri sedang) lokasi nyeri pada bagian belakang pinggang dan
menjalar kebagian paha, durasi paling lama 30 menit. Masalah
: Nyeri Penyebab: peningkatan kontraksi
ureteral.
Data
subjektif ; Klien mengatakan sering merasa
ingin BAK dan ketika BAK klien merasa nyeri Data objektif : out put
800cc/24jam, BAK
warna kuning kemerahan dan keruh, retensi urine
dan cateter (+) ukuran 20.
Analisa urine : berat jenis 1,020, PH , protein 25 mg (+), blod dan HB 25/ml
(+), leukosit 25 (+). Masalah : perubahan eliminasi urin. Penyebab
stimulasi kandung kemih oleh batu.
Data
subjektif : klien mengatakan masih kurang
mengerti terhadap penyakit yang dialaminya dan proesedur pengobatannya.
Data objektif : klien tampak cemas saat menyatakan perasaannya mengenai
penyakit yang dideritanya kepada perawat, hal yang sangat dipikirkan oleh
klien saat ini adalah kapan penyakitnya ini sembuh, klien menyatakan bahwa
harapan klien terhadap perawat dan dokter yang merawatnya dapat
memberitahukan penjelasan tentang penyakit klien dan prosedur pengobatan yang
diberikan kepadanya. Masalah : Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan, Penyebab ; kurang terpajan.
B.
Diagnosa
keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan
kontraksi ureteral ditandai dengan keluhan nyeri, skala nyeri 6 (nyeri
sedang) lokasi nyeri pada bagian belakang pinggang dan menjalar kebagian
paha, durasi paling lama 30 menit.
2. perubahan eliminasi urin berhubungan
dengan stimulasi kandung kemih oleh batu ditandai oleh BAK
warna kuning kemerahan dan keruh, retensi urine.
3.
Kurang pengetahuan
tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan, berhubungan dengan
kurang terpajan ditandai oleh klien tampak cemas harapan akan kesembuhan
penyakitnya.
C.
Intervensi
1.
Nyeri berhubungan
dengan peningkatan kontraksi ureteral
ditandai dengan keluhan nyeri, skala nyeri 6 (nyeri sedang) lokasi nyeri
pada bagian belakang pinggang dan menjalar kebagian paha, durasi paling lama
30 menit. Tujuan: nyeri hilang,
keseimbangan cairan dipertahankan. Kriteria hasil: nyeri hilang,
tampak rileks, mampu istirahat dengan tepat.
Intervensi/rasional
Intervensi:
Catat lokasi, lamanya intensitas dan penyebaran. Rasional: membantu
mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus.
Intervensi:
Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap perubahan
kejadian/karakteristik nyeri. Rasional : memberikan kesempatan untuk
pemberian analgesic sesuai waktu dan mewaspadakan staf akan kemungkinan
lewatnya batu/terjadi komplikasi.
Intervensi:
Berikan tindakan nyaman, contoh pijatan punggung, lingkungan istirahat. Rasional
: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot, dan meningktkan
koping.
Intervensi:
Bantu atau dorong penggunaan napas
berfokus, bimbingan imajinasi, dan aktivitas terapetik. Rasional :
mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot.
Intervensi:
Berikan obat sesuai indikasi :
narkotik, contoh meperidin (Demerol), morfin. Rasional : biasanya
diberikan selama akut untuk menurunkan kolik uretral dan meningkatkan
relaksasi otot/mental.
Intervensi:
Berikan kompres hangat pada punggung.
Rasional : menghilangkan tegangan otot dan dapat menurunan reflex spasme.
2.
Perubahan eliminasi
urine berhubungan dengan stimulasi kandung
kemih oleh batu ditandai oleh BAK warna kuning
kemerahan dan keruh, retensi urine.
Tujuan : mampu berkemih dengan normal. Kriteria hasil : tidak
mengalami tanda obstruksi.
Intervensi/rasional
Intervensi:
Awasi pemasukan dan pengeluaran dan
karakteristik urine. Rasional : memberikan informasi tentang fungsi
ginjal dan adanya komplikasi, contoh infeksi dan perdarahan.
Intervensi:
Tentukan pola berkemih norml pasien
dan perhatikan variasi. Rasional : kalkulus dapat menyebabkan
eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera.
Intervensi:Dorong
meningkatkan pemasukan cairan. Rasional : peningkatan hidrasi membilas
bakteri, darah, dan debris dan dapat membantu lewatnya batu.
Intervensi:
Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh
elektrolit, BUN, kretainin. Rasional : peniggian BUN, kreatinin dan
elektrolit mengindikasikan disfungsi ginjal.
Intervensi:
Ambil urine untuk culture dan
sensifitas. Rasional : menetukan adanya ISK, yang penyebab komplikasi.
3.
Kurang pengetahuan
tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan belajar berhubungan kurang
terpajan ditandai oleh klien tampak cemas harapan akan kesembuhan penyakitnya.
Tujuan : menyatakan pemahaman proses penyakit, menghubungkan gejala
dengan factor penyebab. Kriteria hasil : melakukan perubahan perilku
yang perlu dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi/Rasional
Intervensi:
Kaji ulang proses penyakit dan harapan
di masa dating. Rasional : memberikan pengetahuan dasar dimana pasien
dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
Intervensi:
Tekankan pentingnya peningkatan
cairan, rasional : pembilasan system ginjal menurunkan kesempatan
statis ginjal dan pembentukan batu.
Intervensi:
Diet rendah purin, contoh membatasi
daging berlemak, kalkun, tumbuhan polog, gandum, alkohol. Rasional :
menurunkan pemasukan oral terhadap prekusor asam urat.
Intervensi:
Diet rendah kalsium, contoh membatasi susu, keju, sayur berdaun hijau, yogurt.
Rasional : menurunkan risiko pembentukan batu kalsium.
Intervensi:
Diet rendah oksalat. Rasional :
menurunkan pembentukan batu kalsium.
Intervensi:
Diet rendah kalsium. Rasional :
mencegah kalkulus fosfat dengsn membentuk presipitasi yang tak larut dalam
traktus GI.
D.
Implementasi
dan Evaluasi
Diagnosa
I : Nyeri berhubungan dengan peningkatan
kontraksi ureteral
Implementasi
: Mengkaji tingkat nyeri, mencatat lokasi,
karakteristik, beratnya ( nyeri sedang, skala nyeri 6, lokasi nyeri belakang
pinggang), menganjurkan pada klien untuk laporkan perubahan nyeri dengan
cepat, mempertahankan istirahat dengan posisi semifowler, mengajarkan teknik
relaksasi ketika nyerinya timbul, memberikan kompres hangat pada daerah
punggung.
Evaluasi
subjektif
: klien mengatakan nyeri di bagian
belakang pinggang, klien juga mengatakan nyerinya menyebar ke paha. Objektif
: skala nyeri 6 (nyeri sedang) lokasi nyeri pada bagian belakang
pinggang dan menjalar kebagian paha, durasi paling lama 30 menit. Analisa
Data : Masalah belum teratasi. Perencanaan : Tindakan dilanjutkan.
Implementasi
Tanggal 28 Juni 2012 Jam 10.30
Wib
DX
II : perubahan eliminasi urin
berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu.
Implementasi
: Mengawasi pemasukan dan pengeluaran
dan karakteristik urine (input peroral 1000-1500ml/24 jam, input perparental
NaCL 10 tt/menit out put 800cc/24 jam), mendorong klien untuk melakukan
pemasukan cairan peroral.melakukan kolaborasi dengan tim laboratorium.
Evaluasi
Subjektif
:
Klien
mengatakan sering merasa ingin BAK dan ketika BAK klien merasa nyeri,
Objektif : input
perparental NaCL 10tt/m, out
put 800cc/24 jam, BAK
warna kuning kemerahan dan keruh, retensi urine
dan cateter (+) ukuran 20. Analisa urine : berat jenis 1,020, PH 6, protein
25 mg (+), blod dan HB 25/ml (+), leukosit 25 (+). Analisa Data :
Masalah belum teratasi. Perencanaan : Tindakan dilanjutkan.
Implementasi
Tanggal 28 Juni 2012 Jam 11:30 Wib
DX
III : Kurang pengetahuan tentang kondisi,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan, berhubungan dengan kurang terpajan.
Implementasi
: menngkaji ulang tentang proses
penyakit dan harapan klien mendatang, membatasi klien makan makanan yang
rendah purin seperti daging berlemak. Menekankan kepada klien pentingnya
peningkatan cairan melalui oral.
Evaluasi
Subjektif
: klien mengatakan mengerti terhadap
penyakit yang dialaminya dan proesedur pengobatannya. Data objektif : klien
memberikan respon balik saat perawat mendiskusikan tentang keadaan klien,
klien juga mempertahankan utnuk meningkatkan pemasukan peroral sebanyak
800-1000ml/hari. Analisa Data : Masalah teratasi. Perencanaan :
Tindakan dihentikan.
Implementasi
Tanggal 29 Juni 2012 Jam 09:00 Wib
Diagnosa
I : Nyeri berhubungan dengan peningkatan
kontraksi ureteral
Implementasi
: Mengkaji tingkat nyeri, mencatat lokasi,
karakteristik, beratnya ( nyeri sedang, skala nyeri 4, lokasi nyeri belakang
pinggang), menganjurkan pada klien untuk laporkan perubahan nyeri dengan
cepat, mempertahankan istirahat dengan posisi semifowler, mengajarkan teknik
relaksasi ketika nyerinya timbul, memberikan kompres hangat pada daerah
punggung.
Evaluasi
subjektif
: klien mengatakan nyeri berkurang. Objektif
: skala nyeri 4 (nyeri sedang) lokasi nyeri pada bagian belakang pinggang,
durasi paling lama 20 menit. Analisa Data : Masalah teratasi sebagian.
Perencanaan : Tindakan dilanjutkan.
Implementasi
Tanggal 29 Juni 2012 Jam 10.30
Wib
DX
II : perubahan eliminasi urin
berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu.
Implementasi
: Mengawasi pemasukan dan pengeluaran
dan karakteristik urine, mendorong klien untuk melakukan pemasukan cairan
peroral. melakukan kolaborasi pemberian antibiotik drip ciprofloxacin
500ml/12 jam.
Evaluasi
Subjektif
: Klien mengatakan sering merasa ingin
BAK, Objektif
: input perparental NaCL 10tt/m,
out put 1000cc/24 jam, BAK warna kuning
kemerahan dan keruh, retensi urine dan
cateter (+) ukuran 20., drip ciprofloxacin. Analisa Data : Masalah
teratasi sebagian. Perencanaan : Tindakan dilanjutkan.
Implementasi
Tanggal 30 Juni 2012 Jam 09:00 Wib
Diagnosa
I : Nyeri berhubungan dengan peningkatan
kontraksi ureteral
Implementasi
: Mengkaji tingkat nyeri, mencatat lokasi,
karakteristik, beratnya ( nyeri sedang, skala nyeri 3, lokasi nyeri belakang
pinggang), menganjurkan pada klien untuk laporkan perubahan nyeri dengan
cepat, mempertahankan istirahat dengan posisi semifowler, mengajarkan teknik
relaksasi ketika nyerinya timbul, memberikan kompres hangat pada daerah
punggung.
Evaluasi
subjektif
: klien mengatakan nyerinya berkurang
nyeri di, klien juga mengatakan nyerinya menyebar ke paha Objektif : skala
nyeri 3 (nyeri sedang) lokasi nyeri pada bagian belakang pinggang, durasi
paling lama 15 menit. Analisa Data : Masalah teratasi teratasi
sebagian. Perencanaan : Tindakan dilanjutkan.
Implementasi
Tanggal 30 Juni 2012 Jam 10.30
Wib
DX
II : perubahan eliminasi urin
berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu.
Implementasi
: Mengawasi pemasukan dan pengeluaran
dan karakteristik urine, mendorong klien untuk melakukan pemasukan cairan
peroral. Mengontrol kelancaran cairan infus (NaCL 10tt/I+drip ciprofloxacin
500ml/12 jam).
Evaluasi
Subjektif
:
Klien
mengatakan sering merasa ingin BAK. Objektif : input
perparental NaCL 10tt/m+drip ciprofloxacin
500ml/12 jam,
out put 1200cc/24jam,
BAK warna kuning kemerahan dan keruh, retensi
urine dan cateter (+) ukuran 20. Analisa Data : Masalah belum
teratasi. Perencanaan : Tindakan dilanjutkan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis
menyajikan pembahasan tentang kesenjangan yang didapat antara tinjauan
teoritis dengan tinjauan kasus. Untuk mendapatkan pembahasan yang sistematis,
maka penulis membahas berdasarkan langkah-langkah proses keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
keperawatan.
BAB
V
PENUTUP
Setelah penulis
membahas kasus pada klien Tn. M dengan urolitiasis dilihat dari tinjauan
teoritis dan tinjauan kasus maka penulis mengambil keputusan dan juga
saran-saran sebagai berikut :
A.
Kesimpulan
1.
Dari hasil pengkajian
pada klien Tn. M dengan urolitiasis bila dibandingkan dengan tinjauan teoritis
terdapat beberapa perbedaan.
2.
Dalam perumusan
diagnosa keperawatan hanya satu diagnosa keperawatan pada tinjauan teoritis
yang tidak muncul pada tinjauan kasus.
3.
Dalam merumuskan
perencanaan asuhan keperawatan disesuaikan dengan prioritas masalah yang
timbul, dimana masalah aktual yang diprioritaskan terlebih dahulu.
4.
Implementasi keperawatan
yang dilakukan terhadap Tn. M dapat dilakukan sesuai dengan rencana yang
telah direncanakan.
5.
Berdasarkan hasil
evaluasi pada klien Tn. M dengan urolitiasis dapat disimpulkan bahwa ada
masalah yang telah teratasi dan ada juga masalah yang tidak teratasi.
B.
Saran-saran
1.
Dalam pemberian
Asuhan keperawatan terhadap klien hendaknya memperhatikan bahwa manusia
merupakan satu kesatuan Bio, Psiko, Sosio, dan Spiritual, sehingga
masalah-masalah yang timbul dapat diatasi sedini mungkin.
2.
Asuhan keperawatan
yang dilakukan pada klien urolitiasis sebaiknya dilakukan dengan sangat
memperhatikan kenyamanan klien yang merupakan masalah utama pada klien dengan
urolitiasis.
3.
Untuk menghindari
terjadinya infeksi lanjutan dan komplikasi, partisipasi klien dan keluarga
dalam program sangat mendukung.
4.
Keberhasilan dalam
mengatasi masalah klien dan mengupayakan kesembuhan terhadap klien dengan urolitiasis
sangat ditentukan oleh adanya kerjasama yang baik antara perawat, team
kesehatan lain, klien dan keluarga klien.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, (2010). Batu Ginjal. http://annurhospital.Com/.
di akses tanggal 11 juli 2012.
Carpenito, L.J. (2009). Diagnosis
Keperawatan:aplikasi pada praktik klinis. Edisi ke Sembilan. Jakarta :EGC.
Corwin, E.J. (2009). Buku
Saku Patofisiologi. Alih bahasa: Nike, B. Editor edisi bahasa indonesia:
Yuda, E.K, et All.Edisi 3 Jakarta. EGC: Jakarta.
Doengoes, E. M. (2000). Rencana
Asuhan Keperawatan. Edisi Kedua. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. A. A. ( 2008 ) pengantar konsep dasar keperawatan, edisi kedua. Jakarta: salemba medika.
Kabarinews, (2010). Lebih
Jauh Dengan Batu Ginjal http://kabarinews.com/.
Di akses tanggal 11 juli 2012.
Martha. (2012)
Ngulik Penyebab Batu Ginjal, http://health. okezone. com/. Di akses tanggal
14 juli 2012.
Mary Baradero. (2008). Klien Gangguan
Ginjal. Jakarta: EGC.
Rekam Medis RSCM . (2012).
Prevalensi penderita urolitiasis dirumah sakit daerah umum cut meutia aceh
utara tahun 2010 dan 2011
Soeparman. (2000). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi ketiga. Jakarta: Salemba Medika.
Hediyani. (2012). http://www.dokterku-online.com/index.php/article/72-waspadai-batu-ginjal-dan-saluran-kemih.
Diakses tanggal 13 agustus 2012
|
Comments
Post a Comment